Tuesday, May 1, 2012

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEPERAWATAN DI INDONESIA

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI INDONESIA
Tenaga perawat mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, seorang perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu dari mulai pengkajian sampai dengan evaluasi dan yang sangat penting adalah disertai dengan sistem pendokumentasian yang baik.
Namun pada  realitanya di lapangan, asuhan keperawatan yang dilakukan belum disertai dengan sistem pendokumentasian yang baik, sehingga perawat mempunyai potensi yang besar terhadap proses terjadinya kelalaian dalam praktek. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, maka sangat dimungkinkan bagi perawat untuk memiliki sistem pendokumentasian asuhan keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan Sistem Informasi Manajemen (SIM).

Kecenderungan dan Isu dalam Bidang Sistem Informasi Manajemen Keperawatan di Indonesia

Sistem informasi manajemen (SIM) adalah rangkaian kegiatan atau komponen pengumpulan data yang satu sama lain berkaitan dalam mengolah data kemudian diproses menjadi informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan yang akurat, cepat dan bermutu (Hafizurachman, 2000). Sistem informasi merupakan suatu kumpulan dari komponen-komponen dalam organisasi yang berhubungan dengan proses penciptaan dan pengaliran informasi. Sistem informasi mempunyai komponen-komponen yaitu proses, prosedur, struktur organisasi, sumber daya manusia, produk, pelanggan, supplier dan rekanan (Eko, 2001).
Kelompok ad hoc the Nursing Information systems National Study  Group (1982) di USA menghasilkan konsep Sistem Informasi Keperawatan : “ Suatu sistem komputer yang digunakan untuk membantu dalam administrasi pelayanan keperawatan, pemindahan pasien dan mendukung pendidikan dan penelitian keperawatan”. Sistem Informasi Keperawatan merupakan sistem yang menggunakan komputer untuk memproses data keperawatan menjadi satu bentuk informasi yang mampu menunjang aktivitas/fungsi perawat.
            Sistem informasi manajemen asuhan keperawatan mempunyai banyak keuntungan jika dilihat dari segi efisien dan produktivitas. Beberapa keuntungan menggunakan sistem informasi manajemen keperawatan adalah  meningkatkan kualitas dokumentasi, meningkatkan kualitas asuhan, meningkatkan produktifitas kerja, memudahkan komunikasi antara tim kesehatan, memudahkan dalam mengakses informasi, meningkatkan kepuasan kerja perawat, perawat memiliki waktu lebih banyak untuk melayani pasien, menurunkan Hospital Cost, menurunkan Lost of data and information, mencegah Redundancy (Kerangkapan Informasi).
Sistem informasi manajemen berbasis komputer dapat menjadi pendukung pedoman bagi pengambil kebijakan/keputusan di keperawatan /Decision support system dan Executive information system (Eko, 2001). Informasi asuhan keperawatan dalam sistem informasi manajemen yang berbasis komputer dapat digunakan dalam menghitung pemakaian tempat tidur, BOR pasien, angka nosokomial, penghitungan budget keperawatan . Data yang akurat pada keperawatan dapat digunakan untuk informasi bagi tim kesehatan yang lain. Sistem informasi asuhan keperawatan juga dapat menjadi sumber dalam pelaksanaan riset keperawatan secara khusus dan riset kesehatan pada umumnya.
Trend/Kecenderungan yang sedang berkembang tentang SIM keperawatan di Indonesia adalah :
  1. Semakin tingginya beban kerja perawat di rumah sakit menuntut adanya suatu sistem teknologi informasi yang mampu mengatasinya. Tuntutan adanya dokumentasi keperawatan yang lengkap dengan hanya menggunakan cara manual tulisan tangan selama ini hanya menambah beban kerja perawat dan semakin mengurangi jumlah waktu perawat bersama pasien. Sangat tepat apabila SIM keperawatan bisa diaplikaskan.
  2. Sistem informasi keperawatan di luar negeri sudah modern dan canggih dengan memanfaatkan sistem teknologi informatika, sehingga perawat di luar negeri mampu bekerja secara efisien dan dan berkualitas tinggi. Kondisi tersebut diharapkan mampu diikuti oleh perawat di Indonesia.
  3. Perlunya keperawatan di Indonesia memiliki sistem informasi manajemen keperawatan dalam melakukan pelayanan kepada pasien di rumah sakit, sehingga perawat bisa bekerja lebih efektif dan efisien.
  4. Pelaksanaan proses asuhan keperawatan akan lebih cepat, efektif dan efisien dengan menggunakan SIM.
  5. Diharapkan hari rawat pasien lebih cepat karena interaksi pasien-perawat lebih banyak sehingga tujuan asuhan keperawatan lebih cepat tercapai
  6. Profesionalisme perawat akan semakin meningkat dan pengakuan kesetaraan antara profesi perawat dengan medis akan lebih baik.
  7. Citra perawat di masyarakat dan diantara profesi lain akan semakin baik.
  8. Penggunaan SIM keperawatan akan meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit
  9. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI) mulai tahun 2001 telah mengembangkan suatu sistem asuhan keperawatan yang berbasis dengan komputer. Sampai saat ini sistem ini baru digunakan untuk proses akademik pembelajaran komputer keperawatan. Sistem informasi asuhan keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan masih dalam tahap awal dan masih memerlukan penyempurnaan (Haryati, 2001). Diharapkan sistem informasi asuhan keperawatan FIK-UI di masa datang dapat mempercepat perkembangan sistem informasi yang dapat diaplikasikan di rumah sakit maupun pelayanan keperawatan yang lain.
Sedangkan isu tentang SIM keperawatan di Indonesia sampai saat ini adalah :
  1. Perawat di Indonesia memiliki keinginan yang tinggi untuk memiliki program SIM keperawatan
  2. Belum dilaksanakannya SIM keperawatan di Indoneisa berdampak terhadap semakin tingginya  beban kerja perawat. Sehingga perawat berharap pihak manajemen RS  segera mengaplikasikan program SIM keperawatan.
  3. Beberapa rumah sakit di Indonesia, sampai saat ini yang berkembang adalah Sistem Informasi Rumah Sakit yang baru berupa billing system.
  4. Rumah Sakit di Indonesia 99% masih melaksanakan pendokumentasian keperawatan secara manual .
  5. Untuk aplikasi sistem informasi manajemen asuhan keperawatan baru beberapa rumah sakit saja yang sudah menerapkan dan itu pun masih terbatas, seperti Rumah Sakit Fatmawati Jakarta dan rumah sakit Charitas Palembang. Di RS Fatmawati Jakarta, sejak tahun 2002 mulai mengembangkan sistem pendokumentasian keperawatan berupa SIM keperawatan. Sistem pendokumentasian keperawatan yang terkomputerisasi sudah mulai diimplementasikan sejak tahun 2004. Sistem Informasi Manajemen keperawatan ini baru sebatas menentukan rencana keperawatan. Di RS Charitas Palembang, sistem dokumentasi keperawatan terkomputerisasi mulai dikembangkan sejak tahun 2002. Di RSUD Banyumas sistem pendokumentasian ini baru menerapkan dengan sistem NIC-NOC. Di  RSUD Cengkareng Jakarta baru sebatas pelaksanaan Clinical pathway.
  6. Pihak manajemen rumah sakit masih memandang  SIM keperawatan belum menjadi suatu prioritas utama untuk diaplikasikan karena salah satu penyebabnya adalah membutuhkan biaya yang cukup besar, masih belum memilki pemahaman yang baik tentang dampak apabila program ini diberlakukan terhadap kualitas pelayanan keperawatan dan rumah sakit secara  umum, adanya pemikiran bahwa pekerjaan perawat tidak memerlukan bantuan teknologi/alat yang canggih. Pihak manajemen juga masih khawatir tentang kemampuan SDM keperawatan dalam pemanfaatan tekonolgi ini.
  7. Masih banyak perawat yang tidak mengenal apa sistem informasi manajemen keperawatan yang berbasis komputer tersebut. Kondisi ini karena sangat bervariasinya tingkat pendidikan keperawatan.
  8. Belum adanya aspek legal/UU tentang praktek keperawatan.Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan SIM Keperawatan di Indonesia
    Sistem informasi manajemen (SIM) berbasis komputer banyak kegunaannya, namun pelaksanan SIM di Indonesia masih banyak mengalami kendala. Ada beberapa faktor pendukung dalam pelaksanaan SIM keperawatan di Indonesia yaitu saat ini sudah mulai ada perusahaan (yang dikelola oleh profesi keperawatan) yang menawarkan produk SIM keperawatan yang siap pakai untuk diterapkan di rumah sakit. Sekalipun memiliki harga yang cukup tinggi tetapi keberadaan perusahaan ini dapat mendukung pelaksanaan SIM keperawatan di beberapa rumah sakit yang memiliki dana cukup untuk membeli produk tersebut.
    Semakin mudahnya akses informasi tentang pelaksanaan SIM keperawatan juga memudahkan rumah sakit dalam memilih SIM yang tepat. Selain itu faktor pendukung yang lain adalah adanya UU No 8 tahun 1997 yang mengatur tentang keamanan terhadap dokumentasi yang berupa lembaran kertas. Undang-undang ini merupakan bentuk perlindungan hukum atas dokumen yang dimiliki pusat pelayanan kesehatan, perusahaan atau organisasi. Aspek etik juga dapat menjadi salah satu faktor pendukung karena sistem ini semaksimal mungkin dirancang untuk menjaga kerahasiaan data pasien. Hanya orang-orang tertentu saja yang boleh mengakses data melalui SIM ini, misalnya dokter, perawat, pasien sendiri.
    Terdapat beberapa aspek yang menjadi kendala dalam penerapan SIM di Indonesia.
    1.      Memutuskan untuk menerapkan sistem informasi manajemen berbasis komputer ke dalam sistem praktek keperawatan di Indonesia tidak terlalu mudah. Hal ini karena pihak manajemen harus memperhatikan beberapa aspek yaitu struktur organisasi  keperawatan di Indonesia, sebagai contoh  pengambil keputusan/kebijakan bukan dari profesi perawat, sehingga seringkali keputusan tentang pelaksanaan SIM yang sudah disepakati oleh tim keperawatan dimentahkan lagi karena tidak sesuai dengan keinginan pengambil kebijakan. Pihak manajemen rumah sakit masih banyak yang mempertanyakan apakah SIM keperawatan ini akan berdampak langsung terhadap kualitas pelayanan keperawatan dan kualitas pelayanan rumah sakit secara keseluruhan.
    2.      Sumber daya manusia di institusi pelayanan kesehatan yang belum siap menghadapi sistem komputerisasi, hal ini dapat disebabkan karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan mereka terhadap sistem informasi teknologi yang sedang berkembang. Pemahaman yang kurang tentang manfaat SIM menjadi salah satu faktor penyebab ketidaksiapan SDM keperawatan.
    3.      Sumber dana. Sebagaimana kita tahu bahwa untuk mendapatkan sistem informasi manajemen keperawatan yang sudah siap diterapkan di rumah sakit, membutuhkan biaya yang cukup besar, tidak setiap rumah sakit memiliki dana operasional yang cukup besar, sehingga seringkali SIM keperawatan gagal diterapkan karena tidak ada sumber dana yang cukup.
    4.      Kurangnya fasilitas Information technology yang mendukung. Pelaksanaan SIM keperawatan tentunya membutuhkan banyak perangkat keras atau unit komputer untuk mengimplementasikan program tersebut.

    Alternatif Pemecahan Masalah dalam Penerapan SIM Keperawatan di Indonesia

    Ada beberapa alternatif pemecahan masalah dalam penerapan SIM keperawatan di Indonesia diantaranya;
    1. Perlu adanya pemahaman yang sama diantara pihak manajemen rumah sakit dengan tim keperawatan tentang pentingnya pelaksanaan SIM keperawatan di rumah sakit yang diwujudkan dalam bentuk pengalokasian dana yang memadai untuk implementasi SIM keperawatan, pemberian pelatihan bagi perawat tentang pelaksanaan SIM keperawatan, pengadaan fasilitas informasi teknologi yang memadai.
    2. Perlu adanya integrasi program SIM dalam kurikulum pendidikan keperawatan.
    3. Peningkatan standarisasi tingkat pendidikan perawat agar memiliki pemahaman yang tepat tentang teknologi informasi dalam keperawatan.
    4. Adanya aspek legal berupa Undang-undang praktek keperawatan
    5. Perlu adanya penelitian yang lebih jauh terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan aplikasi SIM di Indonesia.
    Kesimpulan
    Berdasarkan hasil analisa terhadap perkembangan Sistem Informasi Manajemen keperawatan di Indonesia, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan yaitu:
    1. Perkembangan SIM keperawatan di Indonesia masih sangat minim dan tampaknya belum menjadi suatu kebutuhan dan prioritas utama bagi pihak manajemen rumah sakit.
    2. Beberapa faktor penghambat dalam pelaksanaan SIM keperawatan di Indonesia adalah pengambil kebijakan bukan dari profesi keperawatan, SDM keperawatan yang belum siap dengan sistem komputerisasi, Sedangkan faktor pendukungnya adalah adanya kemudahan dalam mengakses informasi tentang SIM keperawatan.
    Beberapa alternatif yang dapat ditempuh untuk mengatasi permasalahan SIM keperawatan di Indonesia diantaranya adalah; peningkatan alokasi dana, peningkatan kualitas SDM keperawatan, pengadaan fasilitas teknologi informasi yang lebih memadai dan terintegrasinya program SIM keperawatan dalam kurikulum pendidikan keperawatan.

2 comments:

izzatul ilah said...

saya tertarik dengan post ini. saya dari jurusan sistem informasi. Dan kebetulan saya ada tugas penelitian untuk tugas akhir saya. sepertinya saya berminat untuk meneliti ini. Boleh minta bantuannya untuk sharing ?

izzatul ilah said...

saya tertarik dengan post ini. Saya mahasiswa jurusan sistem informasi dan saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk tugas akhir saya. Dan saya tertarik untuk meneliti pembahasan ini. Mohon bantuannya untuk sharing. terima kasih

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls