I.            PENDAHULUAN
Semakin  maju perekonomian sebuah bangsa/negara maka akan semakin banyak  dilaksanakan pembangunan gedung-gedung pemerintah, gedung-gedung  komersial, infrastruktur juga fasilitas umum lainnya. Apalagi di  kota-kota besar, harga tanah semakin mahal sehingga perluasan tempat  tinggal secara vertikal tidak bisa dielakkan lagi. Pencarian tanah untuk  kawasan tempat tinggal semakin sulit dan mahal. Pembangunan gedung  tingkat tinggi (high rise buildings) merupakan sebuah solusi untuk menjawab permintaan konsumen yang semakin tinggi.
Salah  satu jenis bangunan adalah gedung untuk kegiatan perkantoran. Bagian  sebuah gedung yang sangat penting agar sebuah gedung dapat beroperasi  dengan lancar adalah sistim utilitas gedung. Salah satu bagian dari  sistim utilitas gedung adalah sub-sistim ventilasi. Dengan adanya sistim  ventilasi yang baik maka penghuni gedung perkantoran akan dapat  melaksanakan pekerjaannya secara produktif dan efisien.
Menurut  YB Mangunwijaya dalam bukunya Pasal-pasal Penghantar Fisika Bangunan  (PT Gramedia Jakarta, 1980), tingkat pergantian yang ideal bagi ruang  hunian adalah antara 70 sampai 90 meter kubik per jam. Sementara  kecepatan angin yang ideal/nikmat dalam ruangan yang berventilasi  adalah sekitar 0,1 m/detik hingga 0,15 m/detik. Dari kedua angka  tersebut bisa dibuat hitungan besaran ventilasi yang dibutuhkan. Namun  sekali lagi, bukan hanya besaran yang menentukan berhasilnya suatu  sistem penghawaan alami. Penempatan dari lubang-lubang ventilasi  tersebut juga menentukan baik buruk aerodinamika dalam ruangan yang  hendak diventilasikan.
Ventilasi  pada bangunan diperlukan untuk mengolah udara secara serempak dengan  mengendalikan temperatur, kelembaban, kebersihan, dan distribusinya  untuk memperoleh kenyamanan penghuni dalam ruang yang dikondisikan.  Indikator yang digunakan untuk mengetahui kualitas ventilasi adalah PMV (Predicted Mean Vote) dan PPD (Predicted Percentage of Dissatisfied.  Kenyamanan termal yang dinilai dengan menggunakan pendekatan psikologis  yang mengartikan kenyamanan termal sebagai kondisi pikiran yang  mengekspresikan tingkat kepuasan seseorang terhadap lingkungan  termalnya. Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat kenyamanan  termal antara lain kualitas udara dalam bangunan, sick building syndrome, dan personal.
Sistim  ventilasi udara yang saat ini banyak dipergunakan di gedung-gedung  perkantoran masih bisa lebih ditingkatkan lagi unjuk kerjanya. Disisi  lain penghuni suatu gedung dalam kesehariannya rata-rata akan tinggal  didalam gedung selama lebih dari 10 jam. Oleh sebab itu keberhasilan  sistim ventilasi udara yang efektif diharapkan akan dapat lebih  meningkatkan kenyamanan, kesehatan dan produktivitas kerja penghuni pada  sebuah gedung perkantoran.  Keberhasilan sistim ventilasi tersebut sangat tergantung kepada  faktor-faktor temperatur, kecepatan dan tingkat kontaminasi udara yang  terjadi pada sebuah ruangan.
    II.            TEORI
Ventilasi merupakan proses untuk mencatu udara segar ke dalam bangunan gedung dalam jumlah yang sesuai kebutuhan. Udara  yang mengalir dan selalu berganti memang dibutuhkan oleh sistem  pendingin tubuh manusia yang mengandalkan pelepasan panas tubuh melalui  permukaan kulit. Udara dengan kejenuhan tinggi yang tidak mengalir di  permukaan kulit kita tentu akan menghambat sistem pelepasan kalor panas  dari tubuh kita. Diperlukan udara pengganti yang kurang jenuh untuk  memperlancar pelepasan panas dari tubuh. Di sinilah pentingnya udara  yang mengalir di satu ruangan bagi kenyamanan kita. 
Hal  tersebut dapat kita siasati dengan pembuatan ventilasi pada  bangunan-bangunan Hunian, dimana ventilasi tersebut mempunyai banyak  fungsi. Fungsi  pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut  tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh  penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan  menyebabkan kurangnya O2 di dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang  bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Disamping  itu tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara di dalam  ruangan naik karena terjadi proses penguapan cairan dari kulit dan  penyerapan. Kelembaban akan merupakan media yang baik untuk  bakteri-bakteri patogen (bakteri-bakteri penyebab penyakit). Fungsi  kedua daripada ventilasi adalah membebaskan udara ruangan dari  bakteri-bakteri terutama bakteri patogen karena disitu selalu terjadi  aliran udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan  selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan rumah  selalu tetap didalam kelembaban (humudity) yang optimum.
Tujuan  utama dari sebuah sistem ventilasi udara adalah untuk dapat menyediakan  sebuah kondisi iklim mikro yang dapat diterima didalam sebuah ruangan,  baik dari aspek kenyamanan maupun kesehatan bagi para penghuni ruangan (occupant). Dalam hal ini, iklim mikro mengacu pada lingkungan termal dan kualitas udara ruang dalam (IAQ, Indoor Air Quality).  Dua faktor ini wajib dipertimbangkan pada desain sebuah sistem  ventilasi udara untuk sebuah ruang atau pada sebuah gedung karena  faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap kenyamanan dan  kelayakan tempat beraktivitas bagi penghuni manusia atau untuk sebuah  kualitas dari hasil sebuah proses industri.
Pada sebuah masyarakat modern, manusia menghabiskan waktu lebih dari 90% seluruh waktunya berada didalam lingkungan buatan (artificial environment),  mungkin rumah, tempat kerja ataupun sebuah kendaraan. Sebagai reaksi  dari gerakan penghematan energi yang terjadi pada awal 1970 an hal  tersebut selanjutnya akan menghasilkan lingkungan ruang dalam (indoor)  yang mengalami perubahan radikal, beberapa positif namun sebagian  negatif. Dari sisi positif, meningkatkan tingkat kenyamanan termal  dengan melalui pengembangan isolasi termal dan juga peralatan penyejukan  udara atau desain sistem pemanasan. Sisi negatifnya adalah penurunan  kualitas udara ruang dalam (indoor air quality) yang dialami khususnya pada gedung-gedung fasilitas umum. Istilah ‘sick building syndrome’  semakin menjadi fenomena buruk pada era penghematan energi.  Permasalahan kualitas udara ruang dalam ini berkaitan dengan perawatan  instalasi yang rendah, konsentrasi tinggi dari polutan yang tumbuh  secara internal dan laju pemasukan (supply) udara luar rendah. 
Penjelasan  mengenai kenyamanan termal sebuah ruangan telah diuraikan dengan cukup  baik oleh McIntyre (1980) dan pada ASHRAE Handbook (1985) juga oleh Awbi  (1991). Sebelumnya, Madsen (1976) juga menjelaskan peralatan termal comfort meter yang telah tersedia secara komersial.
Ø  Tujuan Ventilasi Ruangan :
1.    Menghilangkan gas-gas yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan oleh keringat dan sebagainya dan gas-gas pembakaran (CO2) yang ditimbulkan oleh pernafasan dan proses-proses pembakaran.
2.    Menghilangkan uap air yang timbul sewaktu memasak, mandi dan sebagainya.
3.    Menghilangkan kalor yang berlebihan.
4.    Membantu mendapatkan kenyamanan termal.
Ø  Jenis Ventilasi :
1.      Ventilasi Alami
Ventilasi  alami terjadi karena adanya perbedaan tekanan di luar suatu bangunan  gedung yang disebabkan oleh angin dan karena adanya perbedaan  temperatur, sehingga terdapat gas-gas panas yang naik di dalam saluran  ventilasi.
Ventilasi  alami yang disediakan harus terdiri dari bukaan permanen, jendela,  pintu atau sarana lain yang dapat dibuka, dengan jumlah bukaan ventilasi  tidak kurang dari 5% terhadap luas lantai ruangan yang membutuhkan  ventilasi dan arah yang menghadap ke halaman berdinding dengan ukuran  yang sesuai, daerah yang terbuka keatas, teras terbuka, pelataran  parkir, atau ruang yang bersebelahan.
Jika  suatu ruangan terdapat kloset atau kamar mandi, maka tidak boleh  terbuka langsung ke arah dapur atau pantri, ruang makan umum atau  restoran, ruang pertemuan, ruang kerja lebih dari satu orang.
2.      Ventilasi Mekanik
Sistem  ventilasi mekanis harus diberikan jika ventilasi alami yang memenuhi  syarat tidak memadai. Beberapa persyaratan dalam sistem ventilasi  mekanik adalah:
a.       Penempatan Fan harus memungkinkan pelepasan udara secara maksimal dan juga memungkinkan masuknya udara segar atau sebaliknya.
b.      Sistem ventilasi mekanis bekerja terus menerus selama ruang tersebut dihuni.
c.       Bangunan  atau ruang parkir tertutup harus dilengkapi sistem ventilasi mekanis  untuk membuang udara kotor dari dalam dan minimal 2/3 volume udara ruang  harus terdapat pada ketinggian maksimal 0,6 meter dari lantai.
d.      Ruang  parkir pada ruang bawah tanah (besmen) yang terdiri dari lebih satu  lantai, gas buang mobil pada setiap lantai tidak boleh mengganggu udara  bersih pada lantai lainnya.
e.       Besarnya pertukaran udara yang disarankan untuk berbagai fungsi ruangan harus sesuai ketentuan yang berlaku.
Kebutuhan Ventilasi Mekanis
| Tipe | Catu udara segar minimum | |
| Pertukaran udara/jam | M3/jam per orang | |
| Kantor | 6 | 18 | 
| Restoran / Kantin | 6 | 18 | 
| Lobi, koridor, tangga | 4 |  | 
| Kamar mandi | 10 |  | 
Perancangan  sistem ventilasi mekanis adalah menentukan kebutuhan udara ventilasi  yang diperlukan sesuai fungsi ruangan, menentukan kapasitas fan, dan  merancang sistem distribusi udara, baik menggunakan cerobong udara  (ducting) atau fan yang dipasang pada dinding/atap.
Untuk  mengambil perolehan kalor yang terjadi di dalam ruangan, diperlukan  laju aliran udara dengan jumlah tertentu untuk menjaga supaya temperatur  udara di dalam ruangan tidak bertambah melewati harga yang diinginkan.  Jumlah laju aliran udara V (m3/detik) tersebut, dapat dihitung dengan  persamaan :
V = q / f.c.(tL – tD)
dimana :
V = laju aliran udara (m3/detik).
q = perolehan kalor (Watt).
f = densitas udara (kg/m3).
c = panas jenis udara (joule/kg.0C).
(tL – tD ) = kenaikan temperatur terhadap udara luar (0C)
Ø  Ventilasi Gaya Angin
Faktor  yang mempengaruhi laju ventilasi yang disebabkan gaya angin termasuk  adalah : kecepatan rata-rata, arah angin yang kuat, variasi kecepatan  dan arah angin musiman dan harian, dan hambatan setempat, seperti  bangunan yang berdekatan, bukit, pohon dan semak belukar.
Liddamnet  (1988) meninjau relevansi tekanan angin sebagai mekanisme penggerak.  Model simulasi lintasan aliran jamak dikembangkan dan menggunakan  ilustrasi pengaruh angin pada laju pertukaran udara. Kecepatan angin  biasanya terendah pada musim panas dari pada musim dingin. Pada beberapa  tempat relatif kecepatannya di bawah setengah rata-rata untuk lebih  dari beberapa jam per bulan. Karena itu, sistem ventilasi alami sering  dirancang untuk kecepatan angin setengah rata-rata dari musiman.
Persamaan  di bawah ini menunjukkan kuantitas gaya udara melalui ventilasi bukaan  inlet oleh angin atau menentukan ukuran yang tepat dari bukaan untuk  menghasilkan laju aliran udara :
Q = CV.A.V
dimana :
Q = laju aliran udara, m3 / detik.
A = luas bebas dari bukaan inlet, m2.
V = kecepatan angin, m/detik.
CV = effectiveness dari bukaan (CV dianggap sama dengan 0,5 ~ 0,6 untuk angin yang tegak lurus dan 0,25 ~ 0,35 untuk angin yang diagonal).
Inlet  sebaiknya langsung menghadap ke dalam angin yang kuat. Jika tida ada  tempat yang menguntungkan, aliran yang dihitung dengan persamaan  tersebut akan berkurang, jika penempatannya kurang lazim, akan berkurang  lagi.
Ø  Ventilasi Gaya Termal
Jika tahanan di dalam bangunan tidak cukup berarti, aliran disebabkan efek cerobong dapat dinyatakan dengan persamaan :
Q = K.A. √2g. Dh NPL.(T i-To) / T i
dimana :
Q = laju aliran, m3 / detik.
K = koefisien pelepasan untuk bukaan.
DhNPL= tinggi dari tengah-tengah bukaan terendah sampai NPL , m
Ti = Temperatur di dalam bangunan, K.
To = Temperatur luar, K.
Persamaan  ini digunakan jika Ti > To , jika Ti < To , ganti Ti dengan To,  dan ganti (Ti-To) dengan (To – Ti). Temperatur rata-rata untuk Ti  sebaiknya dipakai jika panasnya bertingkat. Jika bangunan mempunyai  lebih dari satu bukaan, luas outlet dan inlet dianggap sama.
Ø  Zona Kenyamanan Ruangan
Temperatur  efektif didefinisikan sebagai indeks lingkungan yang menggabung kan  temperatur dan kelembaban udara menjadi satu indeks yang mempunyai arti  bahwa pada temperatur tersebut respon termal dari orang pada kondisi  tersebut adalah sama, meskipun mempunyai temperatur dan kelembaban yang  berbeda, tetapi keduanya harus mempunyai kecepatan udara yang sama.
Standar ASHRAE untuk  temperatur efektif ini didefinisikan sebagai temperatur udara ekuivalen  pada lingkungan isotermal dengan kelembaban udara relatif 50%, dimana  orang memakai pakaian standar dan melakukan aktifitas tertentu serta  menghasilkan temperatur kulit dan kebasahan kulit yang sama.
Untuk  memperoleh daerah zona yang dapat diterima sebagai daerah temperatur  operatif dan kelembaban udara relatif yang memenuhi kenyamanan untuk  orang melakukan aktifitas ringan dengan met kurang dari 1,2 , serta  memakai pakaian dengan clo = 0,5 untuk musim panas dan clo = 0,9 untuk  musim dingin.
Pada  musim dingin, temperatur operatif tOP berkisar antara 200 C ~ 23,50 C  pada kelembaban udara relatif 60% dan berkisar antara 20,50 C ~ 24,50 C  pada 200 C dew point dan dibatasi oleh temperatur efektif 200 C dan  23,50 C. Sedangkan untuk musim panas, temperatur operatif tOP berkisar  antara 22,50 C ~ 260 C pada kelembaban udara relatif 60% dan berkisar  antara 23,50 C ~ 270 C pada 200 C dew point dan dibatasi oleh temperatur  efektif 230 C dan 260 C. Zona kenyamanan termal untuk orang Indonesia  umumnya diambil : 250C ± 10C dan kelembaban udara relatif 55 % ± 10 %.
 III.            PENUTUP
Sebuah  sarana tempat tinggal manusia baik berupa sebuah rumah, gedung, kapal,  pesawat terbang ataupun fasilitas umum lainnya akan dapat berfungsi  dengan baik jika sistem utilitasnya dapat bekerja dengan optimal. Salah  satu bagian penting dari sistem utilitas selain sub-sub sistem air  bersih (plumbing), pencahayaan dan kelistrikan adalah sub-sistem ventilasi udara. 
Ada  dua buah indikator keberhasilan sistem ventilasi udara yang sedang  diimplementasikan yaitu selain dengan dapat diwujudkannya kenyamanan  termal bagi penghuni ruangan juga dapat dihasilkannya sebuah kualitas  udara ruang (dalam) yang tidak terkontaminasi melebihi ketentuan aspek  kesehatan.
Sistim  ventilasi udara yang saat ini banyak dipergunakan di gedung-gedung  perkantoran masih bisa lebih ditingkatkan lagi unjuk kerjanya. Disisi  lain penghuni suatu gedung dalam kesehariannya rata-rata akan tinggal  didalam gedung selama lebih dari 10 jam. Oleh sebab itu keberhasilan  sistim ventilasi udara yang efektif diharapkan akan dapat lebih  meningkatkan kenyamanan, kesehatan dan produktivitas kerja penghuni pada  sebuah gedung perkantoran. Keberhasilan sistim ventilasi tersebut  sangat tergantung kepada faktor-faktor temperatur, kecepatan dan tingkat  kontaminasi udara yang terjadi pada sebuah ruangan. Ketiga  faktor tersebut diatas sangat dipengaruhi oleh parameter-parameter  kapasitas/laju ventilasi, jumlah dan besar sumber panas, tinggi plafon,  pergerakan orang (penghuni ruang), total laju/emisi gas kontaminan serta  penempatan difusor.
Oleh  sebab itu aspek-aspek tersebut perlu diteliti agar didapatkan sistim  ventilasi yang terbaik, sehingga akan diperoleh suatu rancang bangun  sistim ventilasi yang efektif dalam peningkatan kenyamanan dan penjagaan  kesehatan bagi penghuni ruangan.
 IV.            DAFTAR PUSTAKA
1.      Mangunwijaya YB, Pasal-pasal Penghantar Fisika Bangunan, PT Gramedia Jakarta, Jakarta, 1980.
2.      Chen, Q. 1988, “Indoor Airflow, Air Quality and Energy Consumption of Buildings”. Ph.D. Thesis, Delft University of Technology, The Netherlands.
3.      ASHRAE Handbook : Fundamentals, 1997, ASHRAE,Inc.
 5:26 PM
5:26 PM
 Kancil Jogja
Kancil Jogja
 
 Posted in:
 Posted in:   
1 comments:
terimakasih kakak ... mohon artikel selanjutnya
Post a Comment