Fire  Safety Management harus dilaksanakan dari mulai proses desain gedung,  commisioning dan operasional gedung. Selama ini dalam pembangunan  gedung, pemilik gedung hanya melibatkan konsultan perencana bangunan  (arsitek), manajemen konstruksi, listrik  dan kontraktor bangunan tetapi  belum melibatkan konsultan fire safety. Artinya pihak pemilik/pengelola  harus lebih berkoordinasi dengan pihak-pihak yang kompeten untuk setiap  bidang, tidak terkecuali masalah fire safety, dalam perencanaan  pembangunan gedung. Sementara di negara maju dalam pembangunan gedung  harus melibatkan fire safety consultant. 
Penyusunan  Fire Safety Management memang tidak mudah karena terdiri dari beberapa  rangkaian system yang harus dijelaskan secara terinci dan dapat  diaplikasikan. Berikut ini adalah model / elemen Fire Safety Management  System untuk gedung dalam keadaan beroperasi, yakni:
- Management Commitment
- Baseline Assessment
- Pre-Fire Planning
- Implementation
- Control
- Audit
- Management Review
Dari  elemen-elemen Fire safety Management tersebut memperlihatkan bahwa  komitmen dari manajemen menjadi dasar dalam penyusunan Fire Management  System. Dan biasanya komitmen menjadi kendala tersendiri seperti yang  sudah dijelaskan dalam penelitian Fire Safety Management. 
Elemen  berikutnya adalah Baseline Assessment. Tujuan dari baseline assessment  adalah untuk memberikan gambaran kepada manajemen atas kondisi terakhir  aspek-aspek keselamatan gedung miliknya atau yang dikelolanya.  Aspek-aspek tersebut adalah personil, peralatan dan sistem atau prosedur  yang ada. Dengan data yang terkumpul dari ketiga aspek tersebut  maka  pemilik/pengelola gedung akan dapat melihat posisi kesiapannya  dalam   menghadapi kebakaran atau bentuk emergency lainnya. Dengan demikian  baseline assessment menjadi dasar dalam penentuan perencanaan fire  emergency. 
Sementara itu untuk Pre-Fire Planning terdiri dari beberapa elemen yaitu: prevention, preparedness, response dan recovery.
Fungsi Prevention  (pencegahan) di sini adalah mengidentifikasi penyebab-penyebab maupun  akibat-akibat yang ditimbulkan lebih dini sehingga beberapa tindakan  dapat dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan kejadian yang  mengakibatkan kebakaran untuk mengurangi dampak insiden pada gedung  maupun sekitar gedung. 
Preparedness  berarti merencanakan aktivitas, program dan sistem yang disiapkan  sebelum terjadi kebakaran. Pada preparedness inilah pihak manajemen  merancang suatu perencanaan yang matang dalam hal penciptaan kesiapan  tanggap darurat kebakaran. Seperti pemberian training kepada security  agar dapat menanggulangi kebakaran dini, emergency drill yang melibatkan  penghuni, penyiapan kerjasama dalam penanggulangan kebakaran (mutual  aid), pelaksanaan fire safety meeting dengan penghuni atau pengguna  gedung dan kegiatan lain yang bersifat peningkatan kesiapsiagaan.
Response  (Penanggulangan) bertujuan menstabilkan dan mengendalikan fire  emergency. Jika suatu kebakaran terjadi maka tindakan penanggulangan  secara efektif harus dilakukan. Bagaimana mengkoordinasikan sumber daya  yang ada? Bagaimana evakuasi dapat berjalan dengan efektif? Belum lagi  aspek keselamatan dalam penanggulangan merupakan pertanyaan-pertanyaan  yang harus terjawab dalam operasi penanggulangan emergency.
Recovery  (Pemulihan) merupakan elemen yang dipersiapkan untuk mengembalikan  fasilitas, lingkungan sekitar gedung dan perangkat lainnya agar kembali  berfungsi. Pada recovery inilah analisa dampak dan minimalisasi dampak  kebakaran harus dituangkan dalam perencanaan recovery yang efektif dan  dilaksanakan secara konsisten. Beberapa hal penting yang patut  dipertimbangkan secara matang adalah Incident Investigation, Damage  Assessment, Clean Up and Restoration, Business Interruption, Claim  Procedures dan lainnya.
Setelah  Pre-Fire Planning ini tersusun maka langkah berikutnya adalah tinggal  pelaksanaannya. Dalam tahap pelaksanaan ini perlu dilakukan pengawasan  agar setiap kegiatan mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam sebuah  sistem, elemen yang perlu dilakukan adalah audit. Pelaksanaan audit ini  sangat esensial untuk menjamin bahwa selama sistem berjalan pada kurun  waktu tertentu telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan kebijakan  perusahaan. 
Fire  Safety Management ini juga harus dikaji ulang (review) agar selalu  kontekstual dengan perubahan gedung dan lingkungan gedung. Sehingga Fire  Safety Management akan selalu dapat diaplikasikan dan tidak menimbulkan  kebingungan. Review ini biasanya dilakukan karena adanya perubahan  organisasi, perubahan fisik bangunan gedung, adanya ketentuan atau  perundangan yang baru, adanya tuntutan keselamatan dari penyewa gedung  dan sebagainya.
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa Fire Safety Management menjadi faktor penting dalam manajemen pengelolaan bangunan tinggi dan elemen penting daya saing bisnis sekarang ini. Berangkat dari kenyataan ini maka sudah waktunya bagi pemilik atau pengelola gedung dituntut harus lebih profesional dalam menghadapi dan menanggulangi kebakaran yang mungkin menimpa bangunan gedungnya. Kualitas profesionalisme dalam aktivitas bisnis bangunan tinggi dapat tercermin dari Fire Safety Management yang dimilikinya dan diaplikasikan secara konsisten.
 8:37 AM
8:37 AM
 Kancil Jogja
Kancil Jogja
 
 Posted in:
 Posted in:   
0 comments:
Post a Comment