Thursday, June 7, 2012

Spongebob, Sebuah Contoh Dalam Mencintai Pekerjaan

Kepada kita selalu dikatakan untuk mencintai pekerjaan. Sebab katanya, jika kurang mencintai pekerjaan yang kita miliki, maka tidak mungkin kita bisa mengoptimalkan potensi diri yang ada dalam diri kita. Nasihat ini sungguh masuk akal. Sebab, tidaklah mungkin bisa bersungguh-sungguh mencurahkan 100% kemampuan yang kita miliki untuk mengerjakan sesuatu yang tidak kita cintai. Dengan mencintai pekerjaan maka produktivitas dan performa kerja juga akan meningkat dan karir akan berkembang dengan lancar. Tantangannya sekarang adalah; bagaimana mengukur rasa cinta kita kepada perkerjaan? Seperti apa sih rasa cinta kepada pekerjaan?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut mungkin kita bisa mempertimbangkan untuk bertanya kepada SpongeBob. “Ayolah, jangan bercanda!” barangkali anda berpikir begitu. Tidak. Saya tidak sedang bercanda. Saya kira SpongeBob bisa mengajari kita tentang rasa cinta kepada pekerjaan. Saya tahu; tidak ada jaminan bahwa SpongeBob bisa memberikan jawaban eksak tentang cara mengukur dan alat ukurnya. Tetapi, SpongeBob bisa menunjukkan kepada kita bagaimana semestinya kita mencintai pekerjaan.


Ada banyak hal dalam kehidupan yang membuat SpongeBob sedih, kesal, atau marah. Dia bisa menangis tersedu-sedu karenanya. Lalu memelintirkan tubuhnya untuk memeras semua airmata yang dimilikinya agar terkuras habis. Dan, setelah pori-pori spon pada tubuhnya kehabisan air; dia segera tertawa kembali sambil menunjukkan gigi depannya yang besar-besar dan jarang. Begitulah SpongeBob. Dia bisa segera tertawa kembali; dan menemukan hidupnya, kembali normal. Namun demikian, tahukah anda bahwa ada satu hal didunia ini yang bisa membuat SpongeBob bersedih tanpa henti? Tahukah anda apa itu? Itu adalah saat dimana Tuan Krabs memintanya untuk berhenti bekerja. Ketika itulah SpongeBob bersedih alang kepalang, sehingga Patrick si bintang lautpun tidak dapat menghiburnya.

Anda boleh bilang; “Ya kalau itu sih bukan cuma SpongeBob. Saya juga bakal sedih betul kalau sampai diberhentikan dari pekerjaan!” Mungkin sama. Mungkin juga tidak. Sama, karena kebanyakan orang yang terkena PHK merasa bersedih. Kebanyakan: tidak semua. Sebab, ada saja yang malah senang mendapatkan paket PHK, bukan?. Tapi, pada umumnya orang bersedih jika di-PHK. Sponge bob juga bersedih. Jadi, itu adalah hal yang lumrah. Tetapi tidak sepenuhnya sama, karena kesedihan SpongeBob berbeda dengan kesedihan kita kalau kena PHK.

Kita, jika kena PHK bersedih karena memikirkan seribu tanya tak berjawab; “Saya mau kerja apa lagi setelah ini? Cari pekerjaan kan susah setengah mati? Anak istri saya mau dikasih makan apa?” Padahal kan sudah jelas; ya dikasih makan nasi-lah. Masa dikasih kerikil. Kita berputus asa. SpongeBob berbeda. Dia bukan mempertanyakan semuanya itu. Dia bersedih karena benar-benar mencintai pekerjaannya sebagai juru masak di restoran milik Tuan Krabs. Ukuran cinta SpongeBob ditunjukkan dengan kegembiraannya setiap kali dia bekerja. Tengoklah tayangannya sesekali jika anda perlu membuktikan kata-kata ini. Ketika bekerja, SpongeBob selalu tampil ceria. Dan dia selalu didorong untuk membuat masakan terbaiknya hari itu. Kompor. Kuali. Minyak goreng. Api. Adonan roti. Sebut saja apa. Semua yang berhubungan dengan pekerjaannya dijadikan sahabat dimana dia bisa menikmati hidupnya. Menikmati proses menjalani pekerjaannya, sehari-hari.


Begitulah wujud sebuah cinta kepada pekerjaan adanya. Maka tidaklah mengherankan jika restoran Tuan Krabs sangat sulit untuk ditandingi. Bahkan, investor yang mendatangi Tuan Krabs untuk mengakuisisi Krusty Krab dengan imbalan uang yang melimpah ruah pun tidak berhasil menggeser kepemilikan restoran itu. Tahukah anda apa penyebabnya? Anda tahulah, jika mahluk rakus uang seperti Eugene H. Krabs ditawari cash yang melimpah; pasti dia akan menyerah begitu saja. Sekalipun itu berarti bahwa dia harus kehilangan restoran miliknya. Jadi, sudah tentu bukan keengganan Tuan Krabs penyebab kegagalan akuisisi itu. Lalu apa dong?

Jawabannya adalah; Kecintaan SpongeBob kepada pekerjaannya. Kita semua tahu betul bahwa bekerja yang dilandasi dengan rasa cinta akan memberikan hasil terbaik. Kualitas produk yang dibuat oleh orang-orang yang mencintai pekerjaannya pastilah berkelas nomor satu. Dan itulah yang terjadi pada SpongeBob. Karena cintanya pada pekerjaan, dia dapat menghasilkan masakan yang paling enak diseluruh Bikini Bottom. Dan itu menyebabkan semua penduduk kota menyukainya.

Ketika investor kapitalis itu datang untuk mengakuisisi restoran Tuan Krabs. Dan dihadapannya sudah terhampar sejumlah nyaris tak terbilang uang. Surat perjanjian jual beli siap untuk ditanda tangani. Tiba-tiba, penduduk dunia ikan seisi kota air mendatangi restoran itu. Mereka berdemo, untuk menghentikan transaksi itu. Mereka tidak menginginkan akuisisi itu. Lalu, apa hak mereka? Bukankah restoran itu milik Tuan Krabs?

Benar. Restoran itu milik Tuan Krabs. Tetapi, ada satu komponen penting di restoran ini yang dimiliki oleh semua orang seisi kota. Tahukah anda apa gerangan itu? SpongeBob. Ya, SpongeBob SquarePants dengan cita rasa masakan yang dibuatnya berkat bumbu rahasia bernama cinta kepada pekerjaan. Cinta itu melahirkan dedikasi. Dan dedikasi memunculkan kesungguhan. Sementara, kesungguhan menghasilkan keunggulan dalam kerja.


Dalam ergonomi, suatu sistem kerja akan optimal (produktivitas atau performa kerja tinggi) jika sistem kerja tersebut disesuaikan dengan pekerja (fit the job to the man). Salah satu aspek sederhana (yang mungkin jarang dibahas dalam ergonomi) dalam sistem kerja tersebut adalah jenis kerja tersebut apakah sudah sesuai dengan kecintaan si pekerja atau belum. Salah satu maksud sesuai disini adalah apakah jenis kerja tersebut cocok dengan minat dan bakat si pekerja atau tidak. Jika cocok maka bisa dikatakan sesuai dan si pekerja akan mencintai pekerjaan tersebut dan untuk selanjutnya akan menghasilkan produktivitas, performa, dan kualitas kerja yang sangat baik seperti yang dilakukan SpongeBob. Agar itu terwujud, untuk kasus ini tidak hanya sistem kerjanya (perusahaan) saja yang harus berjuang untuk memperoleh pekerja yang cinta dengan pekerjaan dalam sistem tersebut atau berusaha menempatkan pekerja di bidang atau jenis kerja yang pekerja “cintai” namun si pekerja juga harus mempunyai kesadaran diri untuk bisa menargetkan untuk memperoleh pekerjaan yang dia cintai dan bisa menunjukkan jenis pekerjaan apa yang dicintai sehingga si pemilik sistem kerja (perusahaan) akan lebih mudah untuk menentukan bidang atau jenis atau divisi kerja yang sesuai dengan kecintaan si pekerja. Yang ideal adalah sejak awal pekerja sudah memilih jenis pekerjaanya yang dia cintai. Namun ada juga yang baru bisa mencintai pekerjaan tersebut setelah sekian lama menekuni perkerjaan tersebut. Hal ini tidak masalah karena “tresno jalaran soko kulino” dan yang penting ujung-ujungnya dia cinta pekerjaanya. Namun bagaimana dengan Anda-anda yang tidak bisa mencintai pekerjaan Anda walaupun sudah berusaha menikmatinya? Anda tahu jawabannya dan Anda yang memutuskan.

0 comments:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls