Suhu  tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor  yang  dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu  tubuh  manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh.  Suhu  tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) 
yang   diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat   temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh   akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi   bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk   mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point).   Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C.   Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan   merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan   suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran   panas sehingga suhu kembali pada titik tetap. Upaya-upaya yang kita   dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu mengenakan pakaian yang   tipis, banyak minum, banyak istirahat, beri kompres, beri obat penurun   panas (Harold S. Koplewich, 2005). Ada beberapa teknik dalam memberikan   kompres dalam upaya menurunkan suhu tubuh antara lain kompres hangat   basah, kompres hangat kering (buli-buli), kompres dingin basah, kompres   dingin kering (kirbat es), bantal dan selimut listrik, lampu  penyinaran,  busur panas (Anas Tamsuri, 2007). Dalam postingan kali ini,  kita akan  berfokus pada penggunaan teknik kompres hangat dalam upaya  menurunkan  suhu tubuh. Mengapa Fokus Pembahasan Kita Tentang Anak ?
Karena  peningkatan suhu tubuh pada anak sangat berpengaruh terhadap   fisiologis organ tubuhnya, karena luas permukaan tubuh relatif kecil   dibandingkan pada orang dewasa, menyebabkan ketidakseimbangan organ   tubuhnya. Peningkatan suhu tubuh yang terlalu tinggi dapat menyebabkan   dehidrasi, letargi, penurunan nafsu makan sehingga asupan gizi berkurang   termasuk kejang yang mengancam kelangsungan hidupnya, lebih lanjut   dapat mengakibatkan terganggunya proses tumbuh kembang anak.
Definisi Pireksia
1.  Menurut kamus keperawatan, pireksia ( fever ) adalah kenaikan suhu   tubuh diatas suhu normal ( Christine Hancock, ed 17, 1999 )
2.  Menurut kamus kedokteran, pireksia ( febris, fever, demam ) adalah   peningkatan suhu tubuh di atas normal; setiap penyakit yang ditandai   dengan peningkatan suhu tubuh ( Dorland, 2002 )
Asal Panas Pada Tubuh Manusia
Tubuh  manusia merupakan organ yang mampu menghasilkan panas secara  mandiri  dan tidak tergantung pada suhu lingkungan. Tubuh manusia  memiliki  seperangkat sistem yang memungkinkan tubuh menghasilkan,   mendistribusikan, dan mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan konstan.   Panas yang dihasilkan tubuh sebenarnya merupakan produk tambahan proses   metabolisme yang utama.
Adapun suhu tubuh dihasilkan dari :
1. Laju metabolisme basal (basal metabolisme rate, BMR) di semua sel tubuh.
2. Laju cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot (termasuk kontraksi otot akibat menggigil).
3. Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin dan sebagian kecil hormon lain, misalnya hormon pertumbuhan (growth hormone dan testosteron).
4. Metabolisme tambahan akibat pengaruh epineprine, norepineprine, dan rangsangan simpatis pada sel.
5. Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi di dalam sel itu sendiri terutama bila temperatur menurun.
Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core temperatur),   yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks,   rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan   relatif konstan (sekitar 37°C). selain itu, ada suhu permukaan (surface temperatur),   yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan sub kutan, dan lemak.   Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C.
Sistem Pengaturan Suhu Tubuh
Suhu  tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor  yang  dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu  tubuh  manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh.  Suhu  tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back)   yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila   pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas,   tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini   terjadi bila suhu tubuh inti telah melewati batas toleransi tubuh untuk   mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point).   Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C.   apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan   terangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan   suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran   panas sehingga suhu kembali pada titik tetap.
Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Tubuh Berubah
1. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat yaitu :
a. Vasodilatasi
Vasodilatasi  pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area  tubuh.  Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis  pada  hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi sehingga  terjadi  vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan   pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih   banyak.
b. Berkeringat
Pengeluaran  keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan  suhu yang  melewati batas kritis, yaitu 37°C. pengeluaran keringat  menyebabkan  peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan  suhu tubuh  sebesar 1°C akan menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup  banyak  sehingga mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari  metabolisme  basal 10 kali lebih besar. Pengeluaran keringat merupakan  salh satu  mekanisme tubuh ketika suhu meningkat melampaui ambang kritis.   Pengeluaran keringat dirangsang oleh pengeluaran impuls di area   preoptik anterior hipotalamus melalui jaras saraf simpatis ke seluruh   kulit tubuh kemudian menyebabkan rangsangan pada saraf kolinergic   kelenjar keringat, yang merangsang produksi keringat. Kelenjar keringat   juga dapat mengeluarkan keringat karena rangsangan dari epinefrin dan   norefineprin.
c. Penurunan pembentukan panas
Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan menggigil dihambat dengan kuat.
2. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun, yaitu :
a. Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh
Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus posterior.
b. Piloereksi
Rangsangan  simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat pada  folikel  rambut berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada manusia, tetapi  pada  binatang tingkat rendah, berdirinya bulu ini akan berfungsi  sebagai  isolator panas terhadap lingkungan.
c. Peningkatan pembentukan panas
Pembentukan  panas oleh sistem metabolisme meningkat melalui mekanisme  menggigil,  pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta  peningkatan sekresi  tiroksin.
Penjalaran Sinyal Suhu Pada Sistem Saraf
Sinyal  suhu yang dibawa oleh reseptor pada kulit akan diteruskan ke  dalam  otak melalui jaras spinotalamikus (mekanismenya hamper sama dengan   sensasi nyeri). Ketika sinyal suhu sampai di tingkat medulla spinalis ,   sinyal akan menjalar dalam traktus Lissauer beberapa segmen di atas   atau di bawah, dan selanjutnya akan berakhir terutama pada lamina I, II   dan III radiks dorsalis.
Setelah  mengalami percabangan melalui satu atau lebih neuron dalam  medulla  spinalis, sinyal suhu selanjutnya akan dijalarkan ke serabut  termal  asenden yang menyilang ke traktus sensorik anterolateral sisi   berlawanan, dan akan berakhir di tingkat reticular batang otak dan   komplek ventrobasal thalamus. Beberapa sinyal suhu pada kompleks   ventrobasal akan diteruskan ke korteks somatosensorik.
Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
1. Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan  metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini  memberi dampak  jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula.  Sebagaimana  disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan  laju  metabolisme.
2. Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan  saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme  menjadi 100%  lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat  mencegah  lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk  dimetabolisme. Hamper  seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi  panas. Umumnya,  rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress  individu yang  menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan  norepineprin yang  meningkatkan metabolisme.
3. Hormone pertumbuhan
Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.
4. Hormone tiroid
Fungsi  tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi  kimia dalam  tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi  laju  metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.
5. Hormone kelamin
Hormone  kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal  kira-kira  10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi  panas. Pada  perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada  laki-laki karena  pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi  meningkatkan suhu  tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C di atas suhu basal.
6. Demam ( peradangan )
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
7. Status gizi
Malnutrisi  yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 –  30%. Hal  ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang  dibutuhkan  untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang  mengalami mal  nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia).  Selain itu,  individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah  mengalami  hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik,  dalam arti  lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan  jaringan  yang lain.
8. Aktivitas
Aktivitas  selain merangsang peningkatan laju metabolisme,  mengakibatkan gesekan  antar komponen otot / organ yang menghasilkan  energi termal. Latihan  (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga  38,3 – 40,0 °C.
9. Gangguan organ
Kerusakan  organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat   menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai   zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang   peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat   yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh   terganggu.
10. Lingkungan
Suhu  tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya  panas  tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih  dingin.  Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh   manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi   sebagian besar melalui kulit.
Proses  kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas  diedarkan  melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus  arteri  kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak  otot.  Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi  (kadang  mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi  panas dari  inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian,  kulit  merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu  tubuh.
Mekanisme Kehilangan Panas Melalui Kulit
1. Radiasi
Radiasi  adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk  gelombang panas  inframerah. Gelombang inframerah yang dipancarkan dari  tubuh memiliki  panjang gelombang 5 – 20 mikrometer. Tubuh manusia  memancarkan  gelombang panas ke segala penjuru tubuh. Radiasi merupakan  mekanisme  kehilangan panas paling besar pada kulit (60%) atau 15%  seluruh  mekanisme kehilangan panas.
Panas  adalah energi kinetic pada gerakan molekul. Sebagian besar  energi pada  gerakan ini dapat di pindahkan ke udara bila suhu udara  lebih dingin  dari kulit. Sekali suhu udara bersentuhan dengan kulit,  suhu udara  menjadi sama dan tidak terjadi lagi pertukaran panas, yang  terjadi  hanya proses pergerakan udara sehingga udara baru yang suhunya  lebih  dingin dari suhu tubuh.
2. Konduksi
Konduksi  adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit  dengan  benda-benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan  panas  dengan mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda  umumnya  memberi dampak kehilangan suhu yang kecil karena dua mekanisme,  yaitu  kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan benda relative  jauh  lebih kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat isolator  benda  menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara  efektif  terus menerus.
3. Evaporasi
Evaporasi  ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi  perpindahan panas  tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi  akan menyebabkan  kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori. Pada  kondisi individu  tidak berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung  sekitar 450 – 600  ml/hari.
Hal  ini menyebabkan kehilangan panas terus menerus dengan kecepatan  12 –  16 kalori per jam. Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena   evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus melalui   kulit dan system pernafasan.

Gambar Keseimbangan antara produksi panas dan pengeluaran panas (Tamsuri Anas, 2007)
Selama  suhu kulit lebih tinggi dari pada suhu lingkungan, panas  hilang  melalui radiasi dan konduksi. Namun ketika suuhu lingkungan lebih   tinggi dari suhu tubuh, tubuh memperoleh suhu dari lingkungan melalui   radiasi dan konduksi. Pada keadaan ini, satu-satunya cara tubuh   melepaskan panas adalah melalui evaporasi.
Memperhatikan  pengaruh lingkungan terhadap suhu tubuh, sebenarnya  suhu tubuh actual (  yang dapat diukur ) merupakan suhu yang dihasilkan  dari keseimbangan  antara produksi panas oleh tubuh dan proses kehilangan  panas tubuh dari  lingkungan.
4. Usia
Usia  sangat mempengaruhi metabolisme tubuh akibat mekanisme hormonal   sehingga memberi efek tidak langsung terhadap suhu tubuh. Pada neonatus   dan bayi, terdapat mekanisme pembentukan panas melalui pemecahan   (metabolisme) lemak coklat sehingga terjadi proses termogenesis tanpa   menggigil (non-shivering thermogenesis). Secara umum, proses ini mampu   meningkatkan metabolisme hingga lebih dari 100%. Pembentukan panas   melalui mekanisme ini dapat terjadi karena pada neonatus banyak terdapat   lemak coklat. Mekanisme ini sangat penting untuk mencegah hipotermi   pada bayi.

Tabel Perbedaan derajat suhu normal pada berbagai kelompok usia (Tamsuri Anas, 2007)
Menurut Tamsuri Anas (2007), suhu tubuh dibagi menjadi :
- Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C
- Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 – 37,5°C
- Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 – 40°C
- Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C
 10:26 PM
10:26 PM
 Kancil Jogja
Kancil Jogja
 

 Posted in:
 Posted in:   
1 comments:
ijin copas z,,,,
terima kasih
Post a Comment