Kata tunda sering keluar dari mulut
si pemalas. Biasanya orang memiliki seribu satu alasan untuk menunda pekerjaan.
Tetapi bagi si pemalas dari seribu satu alasan itu 99% sulit dipertanggung
jawabkan, karena waktu mengemukakannya sekedar mencari pembenaran, agar telihat
pantas. Sehingga keluar alasan itu hanya sekedar lintasan pikiran yang tidak
didasari oleh fakta-fakta sebenarnya, atau halangan yang bersifat syar’i.
Apabila seseorang sering menggunakan
alasan menunda pekerjaan yang tidak dapat dibenarkan maka sebenarnya dia sedang
menanam bibit penyakit kangker ganas yang sangat berbahaya bagi masa depan dan
orang lain disekitarnya. Untuk itu perlu kita ketahui berbagai penyakit yang
akan ditimbulkan oleh jenis kangker ganas yang bernama “tunda” ini.
- Penyakit pertama menunda itu merusak pekerjaan hari ini dan waktu yang akan datang dimana penundaan itu ditempatkan. Hari ini entah karena apa alasannya sehingga menjadi penyebab ditundanya pekerjaan. Kalaupun hari ini tetap diisi aktifitas, berarti aktifitas itu tanpa perencanaan, hal ini bisa saja dapat dibenarkan kalau ada musibah-muibah besar, seperti kematian, bendana alam, huru hara dan sebagainya. Tetapi jika itu hanya ada agenda lain yang dianggap lebih “penting” maka kata penting itu bisa dianggap “bohong”. Mengapa agenda penting kok dadakan sehingga mengalahkan agenda yang sudah terjadwal? Agenda penting sudah pasti punya rencana dari jauh jauh hari. Bagaimana seandainya Anda merencanakan menikah? Pasti sudah dari jauh hari. Terus jika menjelang hari H ada yang menawarkan aktifitas lain, maukah anda undur pernikahan?Begitu pula menunda itu merusak agenda yang akan datang dimana ditempatkan, bukankah waktu yang akan datang juga sudah punya rencana aktifitas, akankan digeser juga, gara-gara ada yang ditunda. Atau waktu yang akan datang itu belum punya rencana kegiatan, berarti memang hidup tanpa agenda dan perencanaan, sehingga begitu mudahnya menyelipkan agenda yang tertunda di hari kemudian? Nauzubillahi min dzalik.
- Penyakit kedua menunda itu merusak rencana pribadi dan rencana orang lain. Seseorang yang biasa menunda-nunda pekerjaan mungkin telah terbiasa hidup tanpa agenda (na’uzubillahi). Ia tidak punya rencana, urgensi suatu aktifitas, atau sekala prioritas suatu kegiatan, sehingga begitu mudahnya mengalahkan rencana hari ini. Begitu pula jika kegiatan itu melibatkan orang lain, karena harus dikerjakan dengan tim work, jika ditunda maka akan merusak agenda orang lain, baik agenda hari ini, maupun waktu akan datang dimana penempatan penundaaan itu.
- Penyakit ketiga menunda itu menunjukkan kerja yang tidak serius, tidak professional, tidak punya planning, atau lemah planningnya, tidak punya skala prioritas, tidak punya komitmen waktu, serta tidak punya target yang kuat. Mudahnya menunda pekerjaan menunjukan seseorang yang tidak punya wawasan akan kerugian materi dan non materi yang ditimbulkan akibat penundaan. Kerugian terbesar yang paling tidak ternilai harganya adalah kerugian waktu. Inilah penyakit kangker terganas ketika seseorang tidak mengerti urgensi waktu dalam kehidupannya.
- Penyakit keempat menunda itu menumpuk beban atau sebaliknya membuang beban. Menunda berarti dia akan menggabungkan pekerjaan hari ini dengan pekerjaan yang akan datang. Mungkin saja yang akan datang menjadi double pekerjaanya, atau memang yang akan datang belum punya agenda sehingga mudah diselipkan begitu saja. nauzubillahi min zaalik.Atau memang seseorang yang telah mengidap penyakit easy going (EGP), hidup tidak mau terbebani. Tidak punya agenda hidup jadi tergantung mood, ajakan orang lain, lingkungan, acara TV , trend dan sebagainya, jadi tidak merasa ada kerugianpun menunda acara, karena sebelumnya memang tidak ada planning, jadi ditunda yaaa emang gue pikirin.
- Penyakit kelima menunda itu pekerjaan yang paling mudah, sehingga semakin menunjukan bobot kualitas seseorang. Jika alasan penundaan itu tidak bisa dipertanggung jawabkan, berarti menunjukan orang yang kurang bertanggung jawab. Jika penundaan itu sering, jadi kebiasaan dan bisa jadi hobby, berarti menunjukan seringnya pula orang itu melakukan pekerjaan yang tidak berbobot atau aktifitas murahan. Kalau orang sering melakukan pekerjaan yang tidak berbobot atau aktifitas murahan berarti menunjukan pulan nilai orang tersebut. Beberapa fenomena diberbagai tempat tongkrongan, menunjukkan cukup banyak orang yang begitu mudah melakukan aktiftas tanpa makna, hanya konkow, katawa ketiwi, nyletak nyletuk, cuit cuit godain cewe, dan sebagainya, sepertinya tidak punya kwajiban lain, sehingga tidak merasa ada kerugian, buang buang waktu.Padahal kalau mau dihitung kwajiban kita misalnya kita untuk Allah, Rasul, dan Islam, kita untuk diri sendiri, kita untuk keluarga, ayah dan ibu adik dan kakak, kita untuk sekolah, kita untuk tetangga dan lingkungan sekitar, kita untuk masjid, kita untuk organisasi, kita untuk kampung, daerah, proinsi, kita untuk negara, kita untuk dunia, maka kita akan dapatkan kesimpulan bahwa pekerjaan dan kwajiban jauuuuh lebih banyak dari waktu yang tersedia.
- Penyakit keenam menunda itu akan menimbulkan penyakit SKS (Sistem Kebut Semalam), walaupun isitilah ini telah terjadi penyimpangan arti seolah olah poisitif, terbukti ada buku soal soal UN yang berjudul Sistem Kebut Semalam. Tetap saja kita harus mengatakan hal itu sangat sangat negatife. Biasanya sesuatu yang instan banyak efek negatifnya. Sebuah pekerjaan yang punya deadline, terus kita tunda sampai menjelang hari H deadlinenya, bisa dipastikan kita akan kerjakan dengan grabag grubug, grasa grusu, serta dengan rasa panik atau stress. Hal ini akan sangat membawa kwalitas hasil pekerjaanya menjadi minim.Sekedar contoh, sekolah yang menunda pelaksanaan Penerimaan Murida Barunya akan mendapatkan calon-calon murid sisa yang sudah tidak lulus dimana mana. Contoh lain seorang plajar yang baru belajar satu hari menjelang UN akan terlihat beda cara membaca dan ngebet ngebet bukunya, kemungkinan juga akan mengurangi waktu tidurnya, sehingga memaksakan diru untuk begadang. Padahal besok pagi tidak fresh juga akan tidak optimal ketika mengerjakan soal soal.
Marilah kita sadari bahwa kata
“tunda” itu musuh kita yang sangat berbahaya, jangan didekati anggap saja ia
sebuah penyakit kronis dan komplikasi yang ganas. Juga seperti narkoba sekali
dicoba akan ketagihan, sehingga ingin terus mengkonsumsi
0 comments:
Post a Comment